Indikator Air Minum Bersih Secara Kimiawi

Indikator Air Minum Bersih Secara Kimiawi

Makhluk hidup termasuk manusia memerlukan air minum untuk memenuhi kebutuhan cairan tubuh sehari-hari. Sebanyak 70 persen lebih atau sekitar 2/3 tubuh manusia terdiri atas air. Oleh sebab itu air sangat penting dalam kehidupan manusia. Minum 8-12 gelas perhari menjadi anjuran para ahli guna memenuhi kebutuhan cairan kita, tetapi anjuran tersebut tidak berlaku pada situasi tertentu. Seperti ketika kita sedang sakit, pada cuaca yang panas dan lembab, ataupun sehabis berolahraga, karena biasanya pada hal-hal tersebut, tubuh kita mengeluarkan banyak cairan, sehingga kita sangat butuh mengganti cairan yang dikeluarkan. Kita juga tidak boleh sembarangan dalam memilih asupan cairan yang akan kita konsumsi. Asupan cairan yang bersih dari segala macam kotoran dan penyakit, merupakan kewajiban kita dalam memilahnya.

Indikator yang menunjukkan air minum itu bersih atau tidaknya, ada dari secara visual yang meliputi tingkat kekeruhan dari air tersebut, apakah air tersebut berwarna atau tidak, air yang kita akan konsumsi berbau atau tidak, dan yang terakhir ada rasa yang aneh atau tidak. [1] Lalu dari segi Mikrobiologisnya, harus bebas dari segala macam bentuk virus, bakteri, dan kuman. Biasanya air akan dibawa ke laboratorium untuk diuji secara saintifik oleh para ahli. Sehingga diketahui apa ada bakteri,virus atau kuman yang terkandung padai air.[2] Lalu yang terakhir, dari segi unsur kimiawinya.

Indikator Air Minum Bersih Secara Kimiawi

Pada indikator air minum bersih secara kimiawi, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, seperti:

Derajat kesadahan (kandungan mineral-mineral tertentu di dalam air) atau pH.

pH penting diperhatikan karena akan mempengaruhi rasa, korosifitas air dan efisiensi klorinasi. Beberapa senyawa asam dan basa lebih toksik dalam bentuk molekuler, dimana disosiasi senyawa-senyawa tersebut dipengaruhi oleh pH. Menurut Slamet (2007), pH air minum sebaiknya netral, tidak asam/basa, untuk mencegah terjadinya pelarutan logam berat, dan korosi jaringan distribusi air minum. Air adalah pelarut yang baik sekali, maka dibantu dengan pH yang baik yang tidak netral, dapat melarutkan berbagai elemen kimia yang dilaluinya. Kesadahan air yang tinggi akan mempengaruhi efektivitas pemakaian sabun, namun sebaliknya dapat memberikan rasa yang segar. Di dalam pemakaian untuk industri (air ketel, air pendingin, atau pemanas) adanya kesadahan dalam air tidaklah dikehendaki. Kesadahan yang tinggi bisa disebabkan oleh adanya kadar residu terlarut yang tinggi dalam air.

Besi (Fe)

Menurut Slamet (2007), besi atau ferrum (Fe) adalah metal berwarna keperakan, liat dan dapat dibentuk. Di dalam air minum Fe menimbulkan rasa, warna (kuning), pengendapan pada dinding pipa, pertumbuhan bakteri besi dan kekeruhan. Besi dibutuhkan oleh tubuh dalam pembentukan hemoglobin. Banyaknya Fe dalam tubuh dikendalikan pada fase absorbsi. Tubuh manusia tidak dapat mengekskresi/mengeluarkan Fe, karenanya mereka sering mendapat transfusi darah, warna kulitnya menjadi hitam karena akumulasi Fe.

Menurut Effendi (2007),  keberadaan besi pada kerak bumi menempati posisi keempat terbesar. Besi ditemukan dalam bentuk kation ferro (Fe2+) dan ferri (Fe3+). Pada perairan alami, besi berikatan dengan anion membentuk senyawa FeCl2, Fe(HCO3), dan Fe(SO4). Pada perairan yang diperuntukkan bagi keperluan domestik, pengendapan ion ferri dapat mengakibatkan warna kemerahan pada porselin, bak mandi, pipa air, dan pakaian. Kelarutan besi meningkat dengan menurunnya pH. Beberapa karakteristik kadar besi pada air, diantaranya pada air tanah dalam biasanya memiliki karbondioksida dengan jumlah yang relatif banyak, dicirikan dengan rendahnya pH, dan biasanya disertai dengan kadar oksigen terlarut yang rendah atau bahkan terbentuk suasana anaerob. Pada kondisi ini, sejumlah feri karbonat akan larut sehingga terjadi peningkatan kadar besi ferro (Fe2+) di perairan.

Klorida (Cl2)

Klorida tidak bersifat toksik bagi mahluk hidup, bahkan berperan dalam pengaturan osmotik sel. Perairan yang digunakan untuk keperluan domestik termasuk penyediaan air minum sebaiknya memiliki kadar klorida lebih kecil dari 100 mg/l (Effendi, 2007) Sementara menurut Slamet (2007), klorida adalah senyawa halogen klor (Cl). Toksisitasnya tergantung pada gugus senyawanya. Di Indonesia digunakan sebagai desinfektan dalam penyediaan air minum. Dalam jumlah yang banyak menimbulkan rasa asin, korosi pada pipa sistem penyediaan air panas. Sebagai desinfektan, residu klor di dalam penyediaan air bersih sengaja dipelihara. Tetapi klor ini dapat terikat pada senyawa organik dan membentuk halogen-hidrokarbon (CL-HC) banyak diantaranya bersifat karsinogenik, oleh karena di negara maju proses klorinasi sebagai proses desinfeksi tidak lagi digunakan lagi (Slamet, 2007).

Mangan (Mn)

Mangan (Mn) adalah adalah kation logam yang memiliki karakteristik kimia serupa dengan besi. Pada perairan dengan kondisi anaerob akibat dekomposisi bahan organik dengan kadar yang tinggi, Mn4+ pada senyawa mangan dioksida mengalami reduksi menjadi Mn2+ yang bersifat larut. Mangan dan besi valensi dua hanya terdapat dalam perairan yang memiliki kondisi anaerob. Sedangkan menurut Slamet (2007), mangan (Mn) adalah metal kelabu kemerahan. Keracunan seringkali terjadi bersifat kronis sebagai akibat inhalasi debu dan uap logam.

Nitrit (NO2) dan Nitrat (NO3).

Jumlah nitrat yang besar dalam tubuh cenderung berubah menjadi nitrit dan dapat membentuk methaemoglobin sehingga dapat menghambat perjalanan oksigen dalam tubuh, hal ini dapat menyebabkan penyakit blue baby. Nitrit ádalah zat yang bersifat racun sehingga kehadiran bahan ini dalam air minum tidak diperbolehkan. [3]

Dan kembali lagi uji kelayakan secara fisik maupun biologis hanya bisa dilakukan oleh para ahli di laboratorium. Kita sebagai masyarakat umum sebaiknya memilih air minum untuk kita konsumsi, dilihat dari komposisi dan kandungan apa yang terkandung di air minum yang akan kita konsumsi, biasanya ada di botol kemasan. Selain itu kita harus tau proses pengolahan dan distribusinya harus secara higienis. Daripada kita bingung untuk menentukan air minum yang mana, yang harus kita konsumsi. Lebih baik memilih minuman yang sudah jelas kualitasnya. Seperti AQUA yang berasal dari 17 sumber air pegunungan di Indonesia yang terbentang dari Sabang hingga Merauke.

Dari sana, proses penyaringan alami dari batu-batuan vulkanis terjadi. Itulah yang memungkinkan keberadaan kandungan mineral di dalam air AQUA. Untuk memastikan kemurnian, proses produksi pun dilakukan dengan standard higienis yang tinggi, memastikan tidak ada campur tangan manusia dalam prosesnya. Di dalam air AQUA memang terdapat sejumlah mineral yang bermanfaat bagi tubuh seperti natrium, kalium, klorida, kalsium, dan magnesium. Dalam menentukan sumber air, AQUA melakukan analisis minimal satu tahun untuk memilih sumber air yang dapat diolah menjadi air minum yang aman, bersih, tidak berasa, dan tidak berbau. Itu belum cukup. AQUA masih melakukan 400 kali lebih pemeriksaan kualitas berikutnya supaya memastikan air tetap berkualitas. Dengan demikian, kebersihan air AQUA pasti terjamin.[4]

  1. https://www.farmasi.asia/kriteria-air-bersih-secara-fisik/
  2. http://www.indonesian-publichealth.com/indikator-kualitas-biologis-air-bersih/
  3. http://www.indonesian-publichealth.com/syarat-fisik-dan-kimia-air-bersih/
  4. https://www.sehataqua.co.id/cara-memilih-air-minum-terbaik-untuk-dikonsumsi-setiap-hari/

Related posts